Minggu, 12 Agustus 2012

Afgan Syah Reza dan Hobinya

 

Ketenarannya yang bisa dirasakan suatu gebrakan mendadak yang sangat heboh, seorang Afgan banyak dinilai berpenampilan “Cupu” banget, kata orang2 sih begitu. Apa iya? Saya sendiri gak ngerti bahasa2 prokem atau bahasa gaul atau bahasa apalah kategorinya, jadi kategori akan Afgan seorang yang cupu sama sekali tidak tahu. Nah, kalau memang mau menggolongkan seorang Afgan cupu atau tidaknya, mungkin bisa diketahui sifat dan prilaku kesehariannya. Disini ada sekelumit cerita tentangnya, khususnya mengenai hobinya. Dibalik pendapat cupu tidaknya, jujur saja saya sendiri termasuk pengagumnya, Tetapi khusus pada masalah kualitas vokalnya saja. Lagu “Terima Kasih Cinta ” yang dinyanyikan Afgan itu benar-benar menjadi hits di mana-mana.
Karakter suara Afgan memang luar biasa sehingga bisa menjerat orang banyak. Penampilannya pun cukup enak dilihat kalau sedang bernyanyi. Itu karena ia belajar dari konser-konser musik yang ia tonton lewat DVD. Itulah hobinya. Kalau bukan konser musik, pasti film.
Afgan, demikian sapaan akrab lelaki berkacamata ini, termasuk orang yang ramah senyum. Ia bercerita tentang hobinya. Konon ada cerita menarik seputar namanya.
la dinamai Afgan oleh ayahnya, Loyd, karena pada saat ia lahir, Afganistan sedang dilanda peperangan. Afgan adalah kependekan dari Afganistan. Tadinya nama aslinya “Afganistan” beneran, sudah masuk di akte juga. Tapi tiba-tiba diganti lagi menjadi Afgansyah Reza karena Bokapnya takut kalo anaknya dicekal dan susah ke luar negeri.
Selain tentang rahasia namanya, ada bercerita tentang hobinya. Berbicara soal hobi, ternyata lelaki yang lahir pada 27 Mei 1989 di Jakarta ini amat menggandrungi film-film berkualitas yang selalu ditontonnya melalui DVD. Hobinya yang lain adalah menonton live musik. Karena itulah, Afgan kerap merogoh kocek untuk menonton konser dari musisi dan penyanyi yang disukainya. Hobinya nonton film dan live musik. Karena itu juga, sebisa mungkin artis-artis yang dia suka dan nggak bisa di jangkau karena faktor jarak dan mahalnya tiket konser, dia berusaha membeli DVD-nya. Menariknya, konon Afgan selalu membeli film bajakan. la mengaku hampir tidak pernah membeli DVD asli, kecuali film Indonesia. Semua film yang beli bajakan? …. Memang sih, dilihat dari segi kualitas bajakan atau asli sekarang udah nggak ada bedanya. Alasan untuk membeli film-film Indonesia yang asli, katanya sih bentuk apresiasinya dan karena ia juga sekarang ngerasain berada di industri entertainment. Jadi, ngerasain gimana capeknya. Bisa aja alesannya ya he…
Jika bicara mana yang paling disukai, film drama atau konser musik, bagi Afgan katanya tidak ada yang lebih unggul. Keduanya sama pentingnya, namun memiliki arti yang berbeda. Jika sedang menonton konser musik melalui DVD, Afgan merasa seperti berada di tengah-tengah penonton konser tersebut. Selain itu, Afgan juga mengaku banyak memetik pelajaran bermusik seperti cara berpenampilan dan menampilkan lagu-lagunya di atas panggung. Selain konser musik, kegemarannya menonton film juga membawa banyak manfaat.
Banyak hal tentang tentang hidup yang ia pelajari dari film. Salah satu manfaat yang Afgan ambil adalah bahasa asing. Dengan menonton film, ia bisa belajar bahasa asing, antara lain, bahasa Inggris. Karena itulah, ia harus mondar-mandir bioskop. Tapi kemudian ia berhenti karena ternyata bioskop yang ia datangi tak mengganti film-filmnya. Ia juga terkadang merasa lebih nikmat menonton DVD film di rumah ketimbang harus pergi ke Bioskop. Kalau nonton di bioskop, harus pergi sama teman, garing banget katanya kalau nonton sendirian. Lagian apa kata dunia? bisa aja. Nah, bedanya sama nonton DVD itu, kalau nonton DVD gak pernah keiket sama waktu. Mau nonton kapan aja bisa. Dan kalau nonton DVD itu lebih suka sendirian karena bisa lebih ekspresif (DVD apa ya, yang ditonton sampai pengen sendiri biar lebih ekpresip tuh).
Saat ini koleksi DVD film dan konser musiknya berjumlah seribu lebih. Genre-nya pun bermacam-macam. Ada film komedi, drama percintaan, drama musikal dan film dokumenter. Bahkan, kata anak ke-2 dari 4 bersaudara ini, ia memiliki hampir semua genre film, kecuali film ber-genre action. Ada apa dengan film action sampai tidak suka? Film action, katanya, adalah film yang membosankan. Adegannya itu-itu saja dan melahirkan kesan mengajarkan dan membudayakan kekerasan. Dalam film action, semua persoalan selalu diselesaikan dengan kekerasan. Karena itu pula, merasa tidak banyak manfaat yang dapat dipetik dari jenis film seperti itu.
Menurut dia pula, film action bikin boring. Adegannya juga gitu-gitu doang. Meskipun film action ini menurut orang banyak jenisnya, film ini buat dia kurang berbobot. Cuma ada satu film action yang dia suka yaitu Kungfu Hustle. Film itu sarat dengan unsur komedi katanya. Dia lebih suka sama film drama karena bisa membawa emosi dan banyak pelajaran yang dapat diambil,” jelas lelaki penyuka indomie ini. Selain film bergenre action, film-film yang menggunakan banyak unsur teknologi seperti special effect dan 3 dimensi juga tidak disukainya. Alasannya, film-film seperti itu sangat tidak realistis, terlalu mengawang-awang dan membuai penonton dalam kehidupan yang penuh khayalan. Menurutnya, film-film tersebut tidak pernah terjadi dalam realitas. Karena film-film seperti itu juga membuat penontonnya tidak lagi menjejakkan kaki pada kenyataan. Dia juga kurang suka sama film-film luar angkasa, film-film yang terlalu banyak menggunakan unsur teknologi, special effect karena menurutnya hal seperti itu tidak akan terjadi dalam kehidupan nyata. Itulah sekelumit cerita tentang Afgan dan hobinya. Nah, cerita diatas mungkin jadi sedikit bahan masukan untuk mengkategorikan seorang Afgan itu seperti apa? Coba menurut teman2 sekarang bagaimana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar