Sabtu, 27 Oktober 2012

PERTIMBANGAN RESIKO CAPEK, AFGAN SELEKTIF TERIMA PENAWARAN



Bolak-balik Kuala Lumpur - Jakarta memang bukan sesuatu yang menyenangkan bagi Afgan Syah Reza, terlebih saat kembali ke Jakarta banyak pekerjaan sudah menanti.
Dia dituntut harus menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa Monash University di Malaysia, tapi profesinya sebagai penyanyi di Indonesia pun harus tetap berjalan.
"Rasanya capek pasti enggak mungkin bohong, merasa agak gimana, biasa sebelum nyanyi ada rehearse dulu, tadi enggak sempat, tadi sampai siap-siap langsung nyanyi, harusnya bisa lebih bagus dari ini," ujarnya di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta Selatan
Hari itu juga, Afgan baru selesai kuliah sore hari, tapi pelantun lagu Sadis itu harus sudah berada di acara Grand Final Miss Celebrity 2012 di Jakarta.
Tapi rasa capek itu akan hilang ketika event yang dihadirinya menyenangkan dan disukai. Karena untuk menjadi bintang tamu, Afgan tidak sembarangan menerima tawaran.
"Kalau acaranya saya suka ya, saya milih acara sangat selektif dan bagus, bukan asal, punya tujuan bagus. Saya terima konsekuensi capek, kuliah jam 4 selesai langsung ke bandara, sesuai profesional saya lah," pungkas Afgan.
Buat yg tadi ngk sempet liat di Inbox. ->>

Afgan Kasih Bocoran Lagu Baru di Hangout On Air


68820121025144522_5088ee1217faeAfgan Hangout new single hearing.jpg
Penantian panjang peluncuran album baru Afgan, akan segera terjawab.  Afganisme dan para MD radio tentunya akan merasa sedikit lega nih dengan bocoran lagu terbaru Afgan dalam acara Hangout On Air google+ Share The Stage.
Hangout On Air akan berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2012 pukul 12.00 WIB dan bisa dinikmati oleh seluruh Afganisme di Indonesia atau pun di luar negeri.  Dalam hangout on air yang diadakan hari minggu ini akan menghadirkan para MD radio untuk berbincang – bincang dengan Afgan seputar lagu – lagu di albumnya yang beberapa bulan kedepan akan segera diluncurkan.  Tak hanya itu, lewat hangout on air ini pula Afgan akan memperdengarkan single terbarunya yang juga akan menjadi soundtrack dalam iklan produk perawatan wajah.  Pastinya yang menjadi bintang iklannya pun Afgan.
Nah, Afganisme tak perlu khawatir, meski tak bisa berada di lokasi hangout, kamu semua tetap bisa menikmati perbincangan seru Afgan dengan para MD radio ini dari rumah.  Kamu cukup buka komputer dan tonton dari youtube channel Afgan di www.youtube.com/afganofficial .  Kamu juga bisa nanya apa aja sama Afgan lewat twitter dengan mention @TrinityOptimaP dan hashtag #hangoutafgan, 5 pertanyaan terunik bakalan langsung dijawab Afgan saat hangout on air 28 Oktober 2012.
Ada info baru nih
Hangout with starts at 1pm (SG) & 12pmWIB! Tune in to to watch it live :))

Jumat, 21 September 2012



Siapa sih yang gk kenal dengan cowok yang satu ini. Namanya AFGANSYAH REZA. Dia ini  idola gue. Afgan itu sosok idola yang sangat baik. Dia idola yang bisa menjadi motifasi kita sebagai afganisme. Yapp afganisme adalah nama fans clubnya afgan. Gue dulu sempat berfikir sebelum gue menjadi afganisme. Apa sih yang dapat di banggain dari sosok Afgan? Apa sih hebatnya dia? Kenapa sih orang-orang pada kagum sama dia? Semenjak gue sering browsing tentang kehidupan afgan, baca-baca biografi dia gue baru mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Yang dapat di banggakan dari sosok Afgan adalah dari kepribadiannya yang sangat baik sama orang, dia ramah sama siapapun (maupun orang yang dia belum kenal). Hebatnya sosok afgan itu adalah penghargaannya yang banyak, dr 2007 sampai 2011 dia berhasil mendapatkan 20 award. Waw ini bener-bener keren! Dan selain itu, fansnnya yang ada di Indonesia yang banyak, fansnya  yang ada di luar negri juga banyak loh, seperti di Malaysia, Hongkong, New Zealand, Singapore, Jerman, Belanda, dan Brunai Darrusalam. Untuk pertanyaan terakhir, kebanyakan orang terkagum sama afgan itu karena dia itu ganteng, pinter nyanyi dan konsisten di dalam bekerja. Jadi jangan heran kalau afgan ini digilai oleh cewek-cewek. Di dalam bernyanyi afgan itu tipe orang yang sangat konsisten dengan pekerjaannya. dia itu juga sangat sayang sama afganisme. Saking sayangnya, dia sampai rela bolak balik Kuala Lumpu-Indonesia demi afganisme. Makanya gue bangga menjadi afganisme. Gue gak peduli orang mau bilang apa tentang afgan. Yang penting gue tetep afganisme hehehe;)
                                                  
                                                                  Sekian ~ ~

Selasa, 14 Agustus 2012

 

Afgan and family :) 



       




             



Afgan junior :)








         


    


            


Afgan waktu SMA :D





            






Afgan yang sekarang ;)


            





Minggu, 12 Agustus 2012


Afgan Malu Bersikap Romantis



Apa reaksi kamu ketika mendengar lagu-lagu romantis dari Afgan? Ah…, bagi yang sedang jatuh cinta rasanya dunia milik berdua. Bagi yang sakit hati karena cinta, airmata semakin membanjiri pipi karena beberapa lagu romantis yang dipopulerkan Afgan punya makna yang sangat dalam.
"...Rasanya malu kalau kasih bunga..."
Lagu romantis memang identik dengan penyanyi berlesung pipit. Tapi siapa sangka dalam kehidupan pribadi Afgan bukan tipikal cowok yang dogan ngegombal apalagi bersikap romantis dengan pasangan. Seiring usianya yang semakin dewasa, pelantun Terima kasih Cinta itu mengaku nggak jago merayu. "Sekarang saya sudah 22 tahun. Rasanya malu kalau kasih bunga. Untuk melakukan hal-hal romantis tuh jadi merasa canggung," ujar Afgan saat ditemui di Epicentrum, Kuningan
Beda halnya ketika masih duduk di bangku sekolah, Afgan memiliki kisah cinta tak terlupakan bersama kekasih. Terlebih saat itu, ia baru saja belajar menyetir mobil dan baru merasakan getar-getar cinta monyet. Seperti apa?
"Waktu SMA saya bawain kue donat untuk pacar saya. Saat itu baru banget belajar menyetir, tiba-tiba hujan deras banget. Jadi perjalanan yang sebetulnya bisa 20 menit jadi memakan waktu satu jam karena jalannya pelan banget," ceritanya.



Afgan Pernah Hampir Dipenjara di Malaysia

Sewaktu berangkat ke Malaysia untuk kuliah di sana, cowok berkacamata ini malah tertimpa masalah dan sempat membuat mama kuatir dan sedih. Seperti apa sih, ceritanya?

“Saat gue berangkat ke Malaysia untuk kuliah, gue berangkat bareng nyokap. Nah, saat keluar pesawat, entah kenapa kami jadi terpisah. Pas di imigrasi malah nggak ketemu, sementara passport gue ada sama nyokap gue. Dan gue nggak ada duit sepeser pun, yang ada cuma kartu kredit. Gue cari-cari nyokap gue selama empat jam, tapi nggak ketemu. Di situ, gue merasa bersalah banget. Bahkan, sempat berpikir, sudahlah apa gue nggak usah kuliah di Malaysia saja, ya?” kenangnya dengan nada putus asa.

Masalah juga nggak selesai sampai di situ, pemenang SCTV Music Awards 2011 kategori Album Solo Pop Ngetop ini disangka penyelundup oleh pihak imigrasi. “Di imigrasi, gue disangka ilegal karena nggak pegang passport. Gue dikira penyelundup dari Indonesia dan hampir mau dimasukin ke penjara. Soalnya dulu gue pernah keluar dari Malaysia buat balik ke Indonesia dan pihak imigrasinya lupa kasih stamp di passport gue. Itu gara-gara orang imigrasinya tahu gue dan minta foto bareng sampai lupa kasih stamp. Nyebelin banget, kan?” curhatnya.
Syukurnya, Afgan nggak jadi di penjara. “Untungnya, akhirnya gue ketemu juga sama nyokap dan nyokap kasih passport ke gue,” tambahnya. Pfffuih…

Afgan Buka-Bukaan Soal Passion Dan Impiannya






  Penyanyi, bintang iklan, aktor, dan entertainer adalah beberapa label yang kerap disandangkan di bahu Afgansyah Reza. Artis penyanyi serba-bisa yang kini sedang naik daun ini akhirnya buka-bukaan soal passion dan impiannya kepada para fans yang telah setia mendukungnya selama ini.

“Ngga akan pernah lupa pengalaman manggung pertama kali di EX,karena di saat tersebut, saya tahu passion saya adalah untuk menyanyi,” tulis Afgan di akun twitternya. “Konser yg pertama kali gw datengin,konsernya Craig David.And now my dream cometrue,bisa nyanyi didepan byk org itu priceless.”

Afgan pun kemudian berbagi soal rahasia yang membuatnya tetap termotivasi, meski banyak kendala menghadang, “Believe in your dreams kata-kata yg gak akan pernah gw lupain dan selalu memotivasi gw sampai sekarang ini. #makeIThappen”.

Kini setelah semua impiannya tercapai, ada satu hal lagi yang tak kalah menyenangkan dalam hidupnya, kesempatan untuk berbicara langsung dengan Katy Perry!

“Barusan ngobrol dengan Ms. @KatyPerry ia sangat membumi! Dan dia barusan berkata ‘Saya akan mengingat lesung pipit itu’ Wow dia membuat saya senang sekali!! :-)” tulis Afgan dalam bahasa Inggris

Cerita Cinta

    Tok..tok..tok… Suara pintu kamar berbunyi. Tak ada yang menyahut. Seperti tak berpenghuni lagi. Tapi… apa iya??? Tidak mungkin! Tante Lola barusan bilang kalau dia masih dikamar. Apa sedang mandi? Atau lagi ganti pakaian seragam putih abu? Atau mungkin… cowok berkaca mata dan punya lesung pipi itu masih ngorok ditempat tidur??? Hadeuuh… kebiasaan buruknya kambuh lagi. Ya, sebut saja namanya Afgansyah Reza. Aku lebih akrab menyapanya dengan sebutan Afgan. Kami sahabatan sejak kecil. Kebetulan rumah kami bersebelahan. Seperti hari-hari biasa, kami selalu bersama kesekolah. Ets… bukan hanya kesekolah, namun setiap saat jika punya waktu kosong, kami selalu bersama. Aku kembali mengetuk pintu, “Gan!” berharap seseorang di dalam sana balik merespon sapaanku. Oh My God! Sepertinya iu harapan yang sia-sia. Tak ada yang menyahut disana. Aku mencoba meraih gagang pintu kamar, mencoba membukanya yang masih tertutup rapat. Creeet… Suara decitan pintu terdengar. Ya, aku berhasil membuka pintu itu walaupun tak selebar mungkin. Aku mengintip dari luar dan tebakanku benar, tidak meleset sedikitpun! Afgan masih ngorok diranjang empuknya dengan lelap. Aku mendengus dengan kesal, “ Isshh!” Sebuah bantal berukuran kecil melayang kearahnya dan ternyata berhasil membangunkan tidurnya yang lelap. “Aww.” batinnya. Cowok minus 4 itu bangun sambil mengucek-ucek ke-2 mata yang sepertinya masih ingin menyeret dia untuk tidur lagi. “ Loh, Nes? Ternyata lo yang lempar bantal itu ke gue?” ujarnya sambil melotot karena kaget. Aku berkacak pinggang di depan kamar sambil tersenyum jahil. “ Iya. Emang gue! Ayo mandi sana! Lo mau kita terlambat kesekolah?” ucapku sembari nengok arah arloji yang menghiasi tangan kananku. “ Astaga! Gue kesiangan?!” mukul jidat dengan wajah bersalah. Cepat-cepat Afgan menuju ke kamar mandi. Selama 10 menit aku menunggunya di ruang tamu dan akhirnya cowok bersaudara 4 itu nongol juga dengan wajah fresh, kayaknya udah siap berangkat. Karena buru-buru kami diantar Pak Anwar, sopir pribadi Afgan. Tepat pukul 06.45 pagi kami tiba disekolah dan menuju ke kelas. Jam pertama adalah pelajaran Matematika. Bel masuk sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, tapi, guru pengajar yang sekalian menjadi wali kelasku itu tampaknya belum datang. Sambil menunggu guru yang terkenal killer itu datang, teman-teman dikelas termasuk aku dan Afgan mengisinya dengan kesibukan kami masing-masing. Ada yang sedang melengkapi catatan, ada yang ngobrol, ada yang membaca, bahkan ada yang kejar-kejaran. Suasana menjadi hening ketika seorang perempuan setengah baya masuk ke dalam kelas. Nampaknya tak asing lagi bagiku. Pastinyalah! Itu tak lain Bu Mela, guru pengajar Matematika yang sekalian juga menjadi wali kelasku. “ Siapa tuh?” bisik Afgan sambil menyenggol tanganku. “ Siapa?” aku balik bertanya. “ Tuh!” Afgan menunjuk seseorang yang berdiri didekat Bu Mela. Aku menoleh. Ya, seorang cewek cantik, berkulit putih dan berambut panjang itu berdiri tak jauh dari Bu Mela. Sangat asing dipandang mata. Jelaslah! Dia kan murid baru.Beberapa saat kemudian, Bu Mela mempersilahkannya untuk memperkenalkan diri. Sebut saja namanya Nindy, anak pindahan dari Malang. Alasan pindah katanya sih karena pekerjaan orangtua yang dipindah tugaskan ke Jakarta. Selesai memperkenalkan diri, Bu Mela mempersilahkannya duduk dibangku bagian belakangku dan Afgan. Tepatnya sebangku dengan Fania, salah 1 sahabat sejatiku juga sejak SMP. Aku menoleh kearah Afgan. Sebuah senyuman mengembang disana, diwajahnya yang imut. Jarang moment ini terjadi. 1 pertanyaan mampir dibenakku ‘ what happen?’ *** Membaca, membaca dan terus membaca. Ke-2 mataku tak mau pindah ketempat lain, kecuali kearah sebuah buku novel yang menyentuh hati hasil karya seorang penulis ternama yang menjadi salah 1 idolaku. Kebetulan aku selesai dari toilet dan kembali menju ke kelas dengan membaca novel itu disepanjang koridor sekolah yang sepi. Namun, tiba-tiba seseorang menarik lenganku. “ Afgan?” ujarku kaget. “ Ssst! Jangan keras-keras, ntar ketahuan guru!” sambil nengok kanan kiri. “ Kamu ngapain disini? Kenapa nggak dikelas?” kedua keningku berkerut, merasa ada yang aneh dengan sikapnya. “ Mmm… gue mau minta bantuan lo, Nes! Dan … ini penting bange buat gue. Sebelumnya, gue nggak pernah merasa yang kayak gini. Dia yang pertama Nes!” kedua keningku akhirnya bertemu juga. Makin tak mengerti dengan sikap cowok berlesung pipi itu. “ Maksud lo?” tanyaku. Afgan mendengus dan megang kedua tanganku. “ Gue… gue suka sama anak baru itu Nes! Emang sih baru ketemu tadi, tapi gue rasa wajahnya mengalihkan dunia gue!” Afgan natap aku serius banget. “ Ciyeeee…. Yang lagi falling in love. Mmm … oke deh Gan, gue usahain buat comblangin lo dengan Nindy.” Pluk! Afgan langsung meluk aku. Eraaaat banget. Pulang sekolah telah tiba. Aku segera membereskan alat tulis yang berserakan di atas meja. “ Nes, jangan lupa ya!” terdengar bisikkan suara dari seseorang. Ya, Afgan kembali mengingatkanku untuk comblangin dia. Hadeeuuh… Afgan-Afgan, gini ya pertama kali falling in love. Tanpa banyak basa-basi Afgan langsung pamit dan berlalu dari kelas karena pak Anwar, sopir pribadinya udah nunggu di depan sekolah. Teman-teman sekelas hilang dari pandangan satu per satu. Kini, hanya ada aku, Fania dan murid baru itu, Nindy. “ Nes, dia pulang bareng kita berdua ya?” Fania menyahut dengan penuh semangat. Aku melirik Nindy dengan wajah berseri-seri. “ Kenapa nggak? Ayo!” jawabku. Nindy tersenyum kepadaku dan Fania. “ Thanks ya guys! Aku seneng banget ketemu kalian.” Hampir 6 bulan Nindy bersekolah ditempatku. Selama itu pula dia dekat denganku dan juga Fania. Bicara usahaku buat comblangin Afgan dengan cewek berpostur tubuh langsing itu mulai berhasil. Aku ingat seminggu yang lalu mempertemukan mereka disebuah café, tempat favoritku bersama Fania waktu SMP lalu saat pulang sekolah. Nindy memang terkenal anak yang pintar, tapi agak pendiam. Dari sikap pendiamnya itu, tak muncul sebuah komunikasi face to face yang sempurna dengan Afgan. Oh ya, bukan karena Nindy juga. Afgan pun terkenal cowok yang pemalu. Apalagi masalah yang beginian. Makanya, dia minta tolong lewat aku. Senang rasanya bisa membantu Afgan. Tapi, kok ada yang aneh denganku? Aku sendiri tak mengerti apa yang aku rasakan. Bingung memikirkan hal ini. Setiap kali Afgan curhat tentang Nindy, disana, dihati kecilku terselimut kegalauan. Apakah aku cemburu? Atau… apakah aku suka sama Afgan??? Oh tidaaaaaaaaak!!! Tepat pukul 10 malam. Saat berada dalam sebuah ruangan warna putih yang sangat luas, tak berpintu, berbunyi sebuah lagu. Aku mengenal lagu itu yang berhasil membangunkanku dari lelapnya tidur. “Hoooaammm,” sambil menggaruk-garuk kepala dan ngambil handphone. 1 pesan dari Nindy langsung kubuka, dan isinya: ‘Anes, sorry ganggu! Boleh minta nomor handphonennya Afgan?’. Percaya nggak percaya, tapi inilah kenyataannya. Ngapain tengah malam seperti ini dia smsin aku dan nanya nomor handphone Afgan? Lamunanku buyar ketika melihat 1 pesa masuk lagi. Tetap sama. Itu sms kedua yang dikirim Nindy, bertanya tentang nomor handphone Afgan! Dengan segera aku mencari kontak yang bertuliskan ‘PIBO (Pipi Bonyok)’ dan segera membalas sms Nindy. Aku masih mele, namun kedua mata udah maksa buat tidur. Kuletakkan handphone ketempat semula dan kembali menarik selimut menutupi tubuh sampai sejajar dengan leher. *** Pagi menjelang siang. Kantin masih rame dengan penghuni sekolah. 15 menit lagi jam istirahat usai. Aku dan Fania menghabiskannya dengan pergi ke perpustakaan untuk membaca sebuah buku novel yang lagi hangat dibicarakan saat ini. Ditempat paling pojok, terdapat Afgan dan Nindy sedang duduk bersama dan kayaknya serius membaca. Aku menyenggol lengan Fania kemudian berbisik pada cewek yang hobi membaca novel itu juga, sama sepertiku. “ Liat deh, mesra banget kayaknya,” gumamku. Fania melirikku, “ Ciyeeee…. Ada yang cemburu nih!” Fania malah menjahili. “ Ikh, Fan, apaan sih???” aku jadi salah tingkah. “ Yaudah, kesana yuk!” ajak Fania sambil narik tangan aku. “ Hei!” sapanya saat berada didekat Afgan dan Nindy. “ Eh, Fania, Anes? Ayo duduk!” celetuk Nnindy sambil menutup buku yang dibaca. Selama 10 menit lamanya kami ngobrol. “ Mmm.. Oh ya, semalam nanyain nomor handphone Afgan buat apa, Ndy?” ujarku karena masih penasaran. Nindy tak menjelaskan apa-apa. Dia malah mengunci mulutnya rapat-rapat. ‘kayaknya privacy!’ pikirku. Bel masuk berbunyi, dan kami bubar dari tempat. Pelajaran hari initelah usai tepat pukul 2 siang. Aku dan Fania mengajak nindy pulang, tapi, Afgan menghalanginya. “ Bentar ya Fania, Anes. Aku mau ngomong sesuatu sama Nindy. Ntar, dia nyusul kalian ke depan.” Wow! Apa aku mimpi???? Afgan mengatakan hal itu??? Ini real! Aku sedang tak bermimpi. Afgan kan pemalu, tapi dia berani mengatakan itu! Diam-diam aku dan Fania memang sengaja mengintip pembicaraan mereka. “ Ndy, aku pengen ngajak kamu nonton nanti malam! Mau nggak?”ungkap cowok pecinta kentang balado itu, sambil megang kedua tangan Nindy. Kedua keningku berkerut. Sepertinya aku cemburu. Disela-sela waktu, Fania melirikku. Tapi, aku abaikan. Terserah dia mau berkata apa, karena memang inilah kenyataannya. Aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri kalau ada rasa yang lebih dari sekedar sahabat untuk Afgan. Aku dan Fania mengintip dibalik jendela kelas dengan penuh was-was. Takut Afgan dan Nindy tahu. “ Ndy. Mau nggak?” tanya Afgan lagi untuk memastikan. Ternyata Nindy mengiyakan dengan menganggukkan kepla sambil tersenyum. Sepertinya dia udah mulai suka sama Afgan. Aku bisa melihat dari tingkah dan pipinya yang merah merona. *** Malam itu, aku bergadang karena soal menumpuk seakan mencekikku. Kedua mata sudah mulai sayu, namun kembali melek saat melihat nama seseorang muncul dibalik layar handphone. Afgan! Aku kegirangan dan heboh sendiri karena dia menelponku. “ Halo,” sapaku setelah terhubung. “ Aneeeeeeees!!!” terdengar suara bahagia diseberang sana. “ Ya, Gan! Enapa lo? Seneng banget kayaknya” ujarku sambil nulis. “ iya dooong Nes. Gimana ggak coba? PDKT gue sama Nindy hari ini berjalan mulus. So, gue bakal nembak dia besok! Gue mau ngucapin thanks banget buat lo yang udah comblangin gue dengan dia.” Aku terdiam dan berhenti nulis. Aku tak merespon kata-kata Afgan barusan. “ Halooo Nes! Lo, masih disana kan???” Afgan kembali menyapa, dan menyadarkanku dari lamunan. “ oh, ya, masih kok Gan. Mmm… selamat ya. Hoooaammm… gue ngantuk banget nih! Pengen bobo, udah malem. Byeeee….” Aku segera memutuskan komunikasi malam itu. Terpaksa aku harus berbohong. Sebenarnya belum ngantuk, tapi aku tak sanggup untuk mendengarnya. Dengan sangat terpaksa tangisanku pecah. Esok harinya, Afgan mendekati dan memamerkan cerita PDKTnya semalam. Aku hanya merespon dengan senyuman. Aku memang lagi berusaha untuk menjauhinya. Afgan mulai sadar akan hal itu dari sikapku yang selalu berlalu jika dia mencoba mendekatiku. Saat jam pelajaran kosong, aku keluar kelas dan kembali masuk. Tapi, langkahku terhenti ketika melihat Afgan yang sedang duduk disamping Nindy dan ternyata mencoba nembak cewek berkulit puih itu. Teman-teman sekelas termasuk Fania menggoda mereka denan kata ‘ciyeeee’. OMG! Aku baru sadar mataku berkaca-kaca. Tanpa sengaja Afgan mendapati keberadanku itu. Aku segera lari keluar kelas sambil nangis, kemudian berhenti disebuah ruangan toilet. Didepan sebuah wastafel, aku mengeluarkan isi hatiku yang galau. “ Hiks… hikss… hiks…. Gue bego banget! Bego udah jatuh cinta sama lo Gan! Padahal.. gue udah coba naha perasaan ini sebatas sahabat! Tapi, kenapa gue nggak bisa menutupi semuanya?? Argggghhh….” Sambil nangis sesegukan. “ Lo nggak salah Nes! Cita itu datang sendiri untuk siapapun. Lo nggak bisa nyalahin gimana pun bentuk perasaan lo ke Afgan! Gue ngerti kok perasaan lo. Tapi, mau gimana lagi??? Kayaknya Afgan dan Nindy emang udah pacaran. Kalau mau nangis, keluarin aja semuanya!” ujar Fania dari belakang dan berhasil mengagetkanku. Aku cepat-cepat membersihkan air mata yang masih membasahi wajah. Tapi, emang dasar hati yang lagi galau., air mataku terus keluar tak karuan. Tangisanku pecah dipelukan Fania. 5 menit kemudian kami keluar. Lagi-lagi aku dibuat kaget, namun buakan karena Fania. Afgan dan Nindy telah berdiri didepan toilet dan mereka mendengar semua pembicaraanku bersama Fania. “ kenapa lo nggak jujur ke gue Nes? Kenapa lo nggak pernah ngasih tanda kalo emang suka sama gue?” gerutu Afgan dengan menatapku tajam. Aku tak menjawab sedikitpun, akan tetapi malah lari menjauhi mereka. Tak terasa hampir seminggu aku tak berkomunikasi dengan Afgan, karena aku selalu menjauhinya. Tapi, mau bagaimana lagi???? Ini jalan satu-satunya buatmelupakan sosoknya. Siang itu itu aku duduk menyendiri di perpustakaan. Tiba-tiba tangan seseorang menyentuh pundakku. Aku menoleh kebelakang. Orang itu tersenyum kearahku. “ Ishh, lepasin!” bentakku. Ternyata orang itu adalah Afgan. Dia mengahalangi jalanku, dan membahas tentang kepergian Nindy ke Medan karena pekerjaan orang tua. “ Aaa… apa???” bermacam pertanyaan mampir dalam benakku. Dan aku baru ingat semalam Nindy datang kerumah nanyain aku ke Mama, namun aku tak mau keluar kamar. Semalam juga dia nelpon aku, tapi kuabaikan. Betapa menyesalnya! Mengenal Nindy adalah hal terindah. Sampi saat ini aku tak percaya dia udah pergi. “ Nes,” Afgan menyahut dengan suara setengah berbisik. Dia mentapku. “ Gue, gue tahu ini terlalu cepat. Tapi, gue harus jujur, kalau suka sama lo! Dulu emang nggak ada perasaan ini, tapi lama kelamaan gue juga ngerasain hal yang sama lo rasain ke gue. ” Aku yakin ini palsu! Nggak mungkinlah Afgan jatuh cinta sama aku! Dengan secepat mungkin, aku beranjak dari tempat, namun, Afgan nahan lenganku dengan erat. Dan… pluk! Afgan memelukku erat. Kedua mataku rasanya mau copot. Detak jantung terasa tak berdetak lagi. Apalagi aliran darah seakan terhenti. “ Nes, gue minta maaf udah buat lo kecewa. Gue berubah jadi berani itu karena lo. Lo, udah rubah semuanya! Thanks banget, Nes” Afgan masih memelukku. “ Ya Gan, sama-sama. Tapi, sorry banget! Rasa suka gue udah nggak ada buat lo, gue malah sayang lo sebagai sahabat!” Afgan lantas melepaskan pelukannya. “ Oke Nes, gue terima. Sekarang… kita sahbatn lagi kan??” ujar Afgan sambil mengacungkan jari kelingkingnya kearhku. “ iyaaaaaaa pibooooo…. Hahahhaha eh, salah, maksud gue Afgan :p “ batinku senang. “ Heh! Ini perpus bukan untuk ngobrol, tapi tempat baca!” sahut seorang guru yang terkenal kiler. “ hahahahha……” kami tertawa bersama sampai diluar ruangan. Siswa-siswa yang ada disekitar tempat, menatap kami heran. Namun, aku dan Afgan terus tertawa, tak memperdulikan mereka. Hmm… rasanya semua beban yang selalu mengusikku pergi jauh. Aku senaaaaaaaaaang banget punya seorang sahabat seperti Afgan, cowok yang selalu pengertian. Aku tak ingin pisah darinya. Biarlh ajal yang memisahkan kami. Afgan always in my heart and the one best friendship for me! Thank you Afgansyah Reza

by : @anessyah_reza

Afgan Syah Reza dan Hobinya

 

Ketenarannya yang bisa dirasakan suatu gebrakan mendadak yang sangat heboh, seorang Afgan banyak dinilai berpenampilan “Cupu” banget, kata orang2 sih begitu. Apa iya? Saya sendiri gak ngerti bahasa2 prokem atau bahasa gaul atau bahasa apalah kategorinya, jadi kategori akan Afgan seorang yang cupu sama sekali tidak tahu. Nah, kalau memang mau menggolongkan seorang Afgan cupu atau tidaknya, mungkin bisa diketahui sifat dan prilaku kesehariannya. Disini ada sekelumit cerita tentangnya, khususnya mengenai hobinya. Dibalik pendapat cupu tidaknya, jujur saja saya sendiri termasuk pengagumnya, Tetapi khusus pada masalah kualitas vokalnya saja. Lagu “Terima Kasih Cinta ” yang dinyanyikan Afgan itu benar-benar menjadi hits di mana-mana.
Karakter suara Afgan memang luar biasa sehingga bisa menjerat orang banyak. Penampilannya pun cukup enak dilihat kalau sedang bernyanyi. Itu karena ia belajar dari konser-konser musik yang ia tonton lewat DVD. Itulah hobinya. Kalau bukan konser musik, pasti film.
Afgan, demikian sapaan akrab lelaki berkacamata ini, termasuk orang yang ramah senyum. Ia bercerita tentang hobinya. Konon ada cerita menarik seputar namanya.
la dinamai Afgan oleh ayahnya, Loyd, karena pada saat ia lahir, Afganistan sedang dilanda peperangan. Afgan adalah kependekan dari Afganistan. Tadinya nama aslinya “Afganistan” beneran, sudah masuk di akte juga. Tapi tiba-tiba diganti lagi menjadi Afgansyah Reza karena Bokapnya takut kalo anaknya dicekal dan susah ke luar negeri.
Selain tentang rahasia namanya, ada bercerita tentang hobinya. Berbicara soal hobi, ternyata lelaki yang lahir pada 27 Mei 1989 di Jakarta ini amat menggandrungi film-film berkualitas yang selalu ditontonnya melalui DVD. Hobinya yang lain adalah menonton live musik. Karena itulah, Afgan kerap merogoh kocek untuk menonton konser dari musisi dan penyanyi yang disukainya. Hobinya nonton film dan live musik. Karena itu juga, sebisa mungkin artis-artis yang dia suka dan nggak bisa di jangkau karena faktor jarak dan mahalnya tiket konser, dia berusaha membeli DVD-nya. Menariknya, konon Afgan selalu membeli film bajakan. la mengaku hampir tidak pernah membeli DVD asli, kecuali film Indonesia. Semua film yang beli bajakan? …. Memang sih, dilihat dari segi kualitas bajakan atau asli sekarang udah nggak ada bedanya. Alasan untuk membeli film-film Indonesia yang asli, katanya sih bentuk apresiasinya dan karena ia juga sekarang ngerasain berada di industri entertainment. Jadi, ngerasain gimana capeknya. Bisa aja alesannya ya he…
Jika bicara mana yang paling disukai, film drama atau konser musik, bagi Afgan katanya tidak ada yang lebih unggul. Keduanya sama pentingnya, namun memiliki arti yang berbeda. Jika sedang menonton konser musik melalui DVD, Afgan merasa seperti berada di tengah-tengah penonton konser tersebut. Selain itu, Afgan juga mengaku banyak memetik pelajaran bermusik seperti cara berpenampilan dan menampilkan lagu-lagunya di atas panggung. Selain konser musik, kegemarannya menonton film juga membawa banyak manfaat.
Banyak hal tentang tentang hidup yang ia pelajari dari film. Salah satu manfaat yang Afgan ambil adalah bahasa asing. Dengan menonton film, ia bisa belajar bahasa asing, antara lain, bahasa Inggris. Karena itulah, ia harus mondar-mandir bioskop. Tapi kemudian ia berhenti karena ternyata bioskop yang ia datangi tak mengganti film-filmnya. Ia juga terkadang merasa lebih nikmat menonton DVD film di rumah ketimbang harus pergi ke Bioskop. Kalau nonton di bioskop, harus pergi sama teman, garing banget katanya kalau nonton sendirian. Lagian apa kata dunia? bisa aja. Nah, bedanya sama nonton DVD itu, kalau nonton DVD gak pernah keiket sama waktu. Mau nonton kapan aja bisa. Dan kalau nonton DVD itu lebih suka sendirian karena bisa lebih ekspresif (DVD apa ya, yang ditonton sampai pengen sendiri biar lebih ekpresip tuh).
Saat ini koleksi DVD film dan konser musiknya berjumlah seribu lebih. Genre-nya pun bermacam-macam. Ada film komedi, drama percintaan, drama musikal dan film dokumenter. Bahkan, kata anak ke-2 dari 4 bersaudara ini, ia memiliki hampir semua genre film, kecuali film ber-genre action. Ada apa dengan film action sampai tidak suka? Film action, katanya, adalah film yang membosankan. Adegannya itu-itu saja dan melahirkan kesan mengajarkan dan membudayakan kekerasan. Dalam film action, semua persoalan selalu diselesaikan dengan kekerasan. Karena itu pula, merasa tidak banyak manfaat yang dapat dipetik dari jenis film seperti itu.
Menurut dia pula, film action bikin boring. Adegannya juga gitu-gitu doang. Meskipun film action ini menurut orang banyak jenisnya, film ini buat dia kurang berbobot. Cuma ada satu film action yang dia suka yaitu Kungfu Hustle. Film itu sarat dengan unsur komedi katanya. Dia lebih suka sama film drama karena bisa membawa emosi dan banyak pelajaran yang dapat diambil,” jelas lelaki penyuka indomie ini. Selain film bergenre action, film-film yang menggunakan banyak unsur teknologi seperti special effect dan 3 dimensi juga tidak disukainya. Alasannya, film-film seperti itu sangat tidak realistis, terlalu mengawang-awang dan membuai penonton dalam kehidupan yang penuh khayalan. Menurutnya, film-film tersebut tidak pernah terjadi dalam realitas. Karena film-film seperti itu juga membuat penontonnya tidak lagi menjejakkan kaki pada kenyataan. Dia juga kurang suka sama film-film luar angkasa, film-film yang terlalu banyak menggunakan unsur teknologi, special effect karena menurutnya hal seperti itu tidak akan terjadi dalam kehidupan nyata. Itulah sekelumit cerita tentang Afgan dan hobinya. Nah, cerita diatas mungkin jadi sedikit bahan masukan untuk mengkategorikan seorang Afgan itu seperti apa? Coba menurut teman2 sekarang bagaimana?

Turun 15 kg dalam satu bulan

 

Ngomong-ngomong badan kelihatan lebih kurus? Pipi chubby Afgan jadi agak tirus. "Saya sempat dikomplain tim manajemen saya, orangtua saya, dan beberapa produk yang mana saya jadi ambassador-nya, kalau badan saya agak kurang enak dilihat. Berat badannya kelebihan. Waktu itu berat sekitar 80 kg," Afgan merespons komplain mereka semua. "Saya berusaha menurunkan. Mulai puasa sampai olahraga. Dan dalam satu bulan berat saya turun 15 kg. Berat saya kembali ideal, 65 kg. Kebetulan saya cepat turun, cepat naik juga. Saya nyanyi juga lebih pede. Sekarang untuk menjaga, saya rajin olahraga. (Dengan) treadmill saja setengah jam sehari," tambahnya.
Dua tahun berkarier, gosip-gosip miring jadi makanan sehari-hari Afgan. Lawan mainnya di film atau model klipnya, selalu saja dikait-kaitkan. Sebut saja Thalita Latief, Eva Celia, Arumi Bachsin, dan Olivia Lubis Jensen. Namun gosip-gosip itu menguap dengan sendirinya.
"Kehidupan cinta saya sekarang begitu-begitu saja sih. Walaupun saya ada (pacar), tapi buat diri sendiri sajalah. Bukan konsumsi publik. Dulu, awal berkarier saya selalu cerita kepada semua orang tentang kehidupan pribadi saya. Ujung-ujungnya saya enggak nyaman. Dari situ saya belajar, kalau enggak penting diceritakan, mending saya simpan sendiri," ungkap Afgan panjang. Jadi, status Afgan sekarang single atau in relationship? Afgan terdiam sambil berpikir. Wajahnya kemudian berubah jadi memerah. Mungkin ia ingin mengatakan yang sejujurnya, tapi tertahan pengalamannya kemarin-kemarin. "Ya pokoknya begitulah. Hehehe," Afgan malu-malu mengatakan.
Kuliah di Malaysia sambil promo

Februari tahun depan Afgan akan terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk melanjutkan studi di Universitas Monash jurusan bisnis internasional. Sebelumnya, Afgan sempat mencicipi kuliah di Universitas Indonesia dan Universitas Monash di Jakarta. Afgan tidak main-main dengan kuliahnya kali ini. Selain biayanya lumayan besar, juga harus mengorbankan separuh kariernya. "Saya sudah bilang Mama dari dulu, pengin kuliah di luar negeri. Kebetulan saya juga sudah telanjur bilang teman-teman. Jadi biar kesannya enggan ngomong doang, harus segera dilaksanakan. Dan saya pengin membuktikan, saya serius kuliah. Serius juga dengan karier saya. Jadi dobel," Afgan bertekad.
"(Untung) dekat sih (Jakarta-Kuala Lumpur). Cuma beberapa jam. Jadi anytime saya merasa sepi, saya bisa balik (ke Jakarta). Kuliah saya kebetulan seminggu cuma dua kali. Itu alasan saya kenapa memilih (kuliah) di sana," bilang penyabet penghargaan Penyanyi Pria Solo Terbaik melalui lagu "Terima Kasih Cinta" di ajang Anugerah Musik Indonesia 2009 dan Penyanyi Ngetop SCTV Awards 2010.
Di balik rencana kuliahnya, terselip maksud lain. Musik Afgan diterima di Malaysia. "Saya bisa promo lagu saya di sana juga," tandas Afgan.
Jadi, buat Afganisme -- sebutan untuk penggemar Afgan, jangan sedih. Dia memastikan tidak akan meninggalkan kariernya sebagai penyanyi. "Saya cinta banget pekerjaan saya," Afgan menegaskan komitmennya.
Hubungan Afgan dengan Afganisme terjalin baik. Dia bahkan meladeni Afganisme yang datang ke rumah. "Awalnya seminggu sekali. Tapi lama-lama setiap hari. Saya enggak tegaan. Jadi tetap saya ladeni. Dikasih makan. Duduk di teras depan," aku Afgan. Pernah Afgan hampir mengungsi dari rumah. "Waktu itu banyak fans yang datang ke rumah. Saya ditelepon orang rumah supaya jangan pulang dulu, lebih baik mengungsi. Akhirnya mereka semua mengerti dan sadar. Mungkin kasihan karena saya, kan butuh istirahat," cerita Afgan.

Keluar dari sangkar

Saat memulai karier, kesan remaja jelas terlihat pada diri Afgan. Tak heran dengan cepat dia menjaring fans ABG yang diakuinya pasar potensial. "Saya waktu itu juga baru banget lulus SMA. Jadi look saya ya memang kayak begitu. Apa adanya," sebut Afgan.
Album kedua disebut Afgan masa transisi. "Look-nya agak lebih dewasa sih," Afgan menggambarkan dirinya. Kalau sekarang, Afgan mengibaratkan keluar dari zona nyaman. "Enggak terlalu melenceng juga. Cuma ingin beda saja. Saya ingin bikin suatu kejutan, tapi kejutan yang masih bisa diterima masyarakat. Bukan malah kejutan yang bikin orang bertanya-tanya. Saya mau lebih fresh, ekstrem, tapi masih kelihatan Afgan," ungkap Afgan.
Dengan penampilan baru, Afgan membidik pasar yang lebih luas. "Alhamdulillah di-support untuk menambah target. Seperti anak kuliahan dan wanita karier. Jadi, semuanya bisa menikmati musik saya. Kebetulan akhir tahun ini saya tutup dengan soundtrack. Awal tahun depan, sekitar bulan Februari, saya akan konser bareng tiga penyanyi solo lain dalam acara tribute salah satu musisi legendaris. Insya Allah bulan Juni tahun depan album baru saya keluar," tekad bintang Bukan Cinta Biasa dan Cinta 2 Hati ini.
Ngomong-ngomong Afgan sudah keluar dari Wanna-B Music Production, ya? Afgan mengiyakan. Yang pasti dia keluar baik-baik.
"Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Wanna-B karena mereka yang habis-habisan berjuang membesarkan saya sebagai penyanyi. Cuma, apa boleh dikata kontrak dua album saya sudah habis. Kebetulan saya mau sekolah di luar negeri. Wanna-B sekarang sedang sangat berkonsentrasi dengan artis-artis yang lain. Dan saya juga ingin berkembang. Ibaratnya keluar dari sangkar. Yang pasti saya keluar baik-baik. Kata Wanna-B, kalau ke depan mau kerja sama lagi, bisa," Afgan mengatakan, kemudian mengaku sudah bergabung di salah satu label besar. Sayangnya, Afgan masih enggan menyebutkan. Tunggu waktu yang tepat.
"Saya menemukan rumah baru. Saya bertemu orang-orang baru. Ini babak baru buat saya. Label baru saya ini benar-benar support saya untuk sekolah," jelas Afgan.

Afgan Dengan Penampilan Barunya


HEBOH beredarnya foto terdakwa kasus mafia pajak Gayus H Tambunan memakai wig dan kacamata dalam turnamen tenis di Nusa Dua, Bali, menyeret nama artis Afgan Syah Reza (22).
Di dunia maya, foto Gayus dan foto Afgan disandingkan. Siapa pun yang melihat tentu senyam-senyum. Malah ada yang bilang, Gayus. terinspirasi Afgan. Supaya terlihat awet muda. Bolehlah usahanya.
Afgan sekarang tampak berbeda. Rambutnya lebih pendek. "Saya tadinya cuma minta dirapikan saja, karena rambut yang lama agak panjang. Jadinya potongan rambut seperti ini atas kemauan stylist-nya," ungkap Afgan. Penampilan baru yang segar diakuinya sebagai bagian dari usaha terus eksis. Dua album solo dirasa belum cukup buat Afgan. "Saya sekarang sedang mempersiapkan proyek-proyek baru. Mulai album baru, proyek soundtrack (film), dan masih ada lagi yang lain. Jangan diomongi dulu, takutnya enggak jadi. Yang pasti ada persembahan khusus dari saya. Bukan film. Ada deh," kata cowok berlesung pipit ini yang masih merahasiakan salah satu proyek besarnya.
Dua tahun berkarier di dunia musik, Afgan belajar banyak. "Saya belajar dari beberapa senior, bahwa dalam industri musik setiap album harus punya konsep. Look masing-masing. Jadi setiap album itu enggak sama, dari awal sampai habis. Menurut saya, harus bikin konsep, tampilan yang beda, musik yang beda juga," terang Afgan.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Cerita Afgan

Lewat lagu Terimakasih Cinta, nama Afgansyah Reza melejit di blantika musik Indonesia. Meski sebelumnya tak pernah bercita-cita jadi penyanyi, pria kelahiran 27 Mei 1989 ini mengaku bahagia bisa menjadi the rising star. Ikuti kisah hidupnya mulai edisi ini. Nama lengkapku Afgansyah Reza. Seperti remaja Indonesia pada umumnya, aku lahir di tengah keluarga yang sederhana. Rumah kedua orangtuaku biasa saja, begitu pula mobil mereka. "Yang penting bisa jalan," begitu kata Papaku, Loyd Yahya. Papa memang tipe orang yang tak ngoyo dalam menjalani hidup. Itu pula yang dinasihatkannya padaku dan ketiga saudaraku. Yakni tidak hidup berlebihan. Dengan kata lain kami diminta prihatin dengan keadaan sekitar dan jadi anak yang rendah hati. Memang, Papa termasuk orang yang unik. Sifatnya sangat sabar dan tak banyak omong. Kalau ada masalah dalam keluarga, Papa selalu menanggapi santai. "Sudahlah, semua pasti ada hikmahnya," begitu selalu komentarnya. Papa orangnya sangat lempeng. Bertolak belakang dengan karakter Mamaku, Lola Purnama, yang menggebu-gebu dan over protective pada anak- anaknya. Satu contoh, Mama selalu blingsatan jika jam 10 malam aku belum juga nongol di rumah. Padahal, sebelumnya aku sudah pamit, mau nongkrong dengan teman-teman. Kalau sudah begitu, yang ada Mama bakal nelponin aku sepanjang hari. Jujur ya, terkadang sikapnya itu bagiku terasa sangat mengganggu. Aku kan, bukan anak kecil lagi.  Tradisi aneh meski Mama suka berlebihan, sesungguhnya aku amat bersyukur punya orangtua yang pendidikannya tinggi. Selain pola pikir liberal, mereka juga mengenalkan kehidupan yang demokratis pada kami. Dengan begitu kami bisa bebas melakukan apa yang kami inginkan, tentunya di jalur positif dan dalam pantauan mereka. Tapi ada lho, satu ajaran mereka yang tak boleh kami bantah, yakni soal makanan. Papa selalu mengatur apa yang boleh dan tak boleh kami konsumsi. Aturan ini makin ketat saat Papa diketahui menderita kolesterol tinggi. Jika Papa dan Mama cerewet tentang hal satu ini, harap maklum. Mereka kan, dokter. Papa adalah dokter ahli anestesi, sedang Mama adalah dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Internasional Bintaro. Jika saat kecil aku dan adik- adik harus hidup sederhana, kini tidak lagi. Berkat kesabaran serta ketekunan Papa dan Mama bekerja, kami bisa hidup dengan lebih layak. Dengan kakak dan adik-adik, aku sangat dekat. Terutama dengan kakak yang usianya 4 tahun di atasku. Semua yang tak bisa kubicarakan dengan orangtua, teman, atau kedua adik, bisa kubicarakan dengannya. Kami sudah seperti sahabat. Jarak usiaku dengan saudara-saudaraku memang lumayan jauh. Dengan adik perempuan yang di bawahku, selisih 2 tahun. Sementara dengan adik laki-laki yang bungsu, terpaut 15 tahun. Ada satu tradisi unik yang selalu dilakukan keluargaku saat adik bungsuku belum lahir, yakni merayakan ulang tahun di hotel. Bukan seperti orang-orang lain, yang pakai pesta lengkap dengan tamu dan acara tiup lilinnya, lho. Melainkan hanya menginap 2 hari, menghabiskan waktu bersama-sama di dalam kamar hotel. Jadilah dalam setahun kami bisa menginap di 5 hotel berbeda, di seputaran Jakarta. Awal Maret, saat Mama ulang tahun, kami nginap di Hotel A. Setelah itu, pertengahan Maret, di hari ulang tahun Papa, kami nginap di Hotel B. Dan di ulang tahunku, 27 Mei, kami nginap di Hotel C. Begitu seterusnya hingga semua dapat giliran. Kalau dipikir-pikir, tradisi ini agak aneh. Bukankah lebih baik ngumpul di rumah saja, lebih praktis dan ekonomis. Lucunya, tiap aku tanya Mama atau Papa tentang ihwal tradisi ini, mereka pasti jawab, "Kan, dulu kalian yang minta seperti itu." Saat ini, tradisi itu tak lagi kami lakukan. Meski merasa aneh, aku tak menyesalinya. Mungkin kebiasaan ini yang telah membuat kami lebih dekat satu sama lain. Belakangan ini, setelah perekonomian keluarga membaik, Papa dan Mama memilih membawa kami berlibur, ke Padang, Bali, atau Singapura. 
Tidur di Kelas Di sekolah, aku bukan termasuk anak yang menonjol. Meski begitu, untuk urusan nilai, aku bisa dibilang lumayan. Dari SD hingga SMP, aku selalu masuk 10 besar. Hanya saja, ketika SMA nilaiku mulai menurun. Saat itu aku sudah mulai sibuk dengan kegiatan menyanyi. Walau enggak menonjol, ada beberapa kejadian yang bikin aku selalu diingat para guru dan teman- teman. Kejadiannya sama sekali tidak membanggakan. Ceritanya saat kelas 1 SMA aku punya guru kimia yang sudah tua sekali. Saking tuanya, kalau beliau mengajar, suaranya tak bakal terdengar hingga bangku belakang. Guru ini, kalau sudah marah, cerewetnya minta ampun. Suatu hari, di tengah pelajaran, ia menyuruhku maju ke depan. Aku diminta menulis suatu rumus kimia. Karena tidak hafal, aku menulis rumus yang salah. Tak ayal ia mengomeliku sejadi-jadinya. Selama ia mengomel, aku sih diam saja. Tapi, ketika kulihat ia sudah cukup puas memarahiku, aku pun membalas ucapannya dengan kalimat singkat dan santai, "Udah?" Selanjutnya aku bertepuk tangan seakan memberinya applause. Tentu saja kelakuanku ini terlihat seperti orang yang nantangin. Seketika itu juga suasana kelas berubah jadi tegang. Guruku pun marah besar dan mengusirku keluar kelas. Ia benar-benar merasa terhina dengan kelakuanku. Teman-temanku pun tak habis pikir. Mereka bilang, "Ya ampun, lu berani banget sih, begitu ke dia." Ada lagi cerita lain. Kali ini antara aku dan guru mata pelajaran sosiologi. Suatu hari, guru sosiologiku jatuh sakit. Tapi, ia tetap memaksakan diri tetap masuk dan mengajar. Saat masuk ke kelas, ia kesal bukan kepalang melihatku yang tertidur di dalam kelas. Dengan penuh emosi ia membangunkanku sambil marah-marah. Entah kenapa, tiba-tiba ia jatuh pingsan. Melihat kondisinya yang makin lemah, pihak sekolah akhirnya membawa guruku itu ke rumah sakit. Sejak itu, aku tak pernah lagi melihatnya di sekolah. Kata teman-teman, beliau tidak lagi mengajar di sekolah kami. Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, alasan ia berhenti mengajar. Jangan-jangan gara-gara kelakuanku, ya. Gosip Drop Out Kalau ingat masa-masa itu, aku rasanya malu sekali. Sebenarnya aku bukan tipe anak yang susah diatur. Aku juga enggak pernah kok, bolos sekolah, tawuran, dan yang lainnya. Hal jelek yang pernah kulakukan di sekolah hanyalah ketiduran atau ngobrol di kelas saat jam pelajaran berlangsung. Yang bikin aku bangga, meski nilaiku biasa-biasa saja, aku bisa lulus SPMB program studi ekonomi di kampus idamanku, Universitas Indonesia. Ini adalah keberhasilanku terbesar sebelum aku jadi penyanyi. Kenapa aku pilih jurusan ekonomi? Karena di dalamnya ada pelajaran mengenai bisnis. Cita- citaku kan, ingin punya bisnis sendiri nantinya. Namanya juga orang Padang. Hahaha. Sayangnya, setelah kupelajari, ternyata materi pelajaran di jurusan ekonomi terlalu luas. Sedang aku lebih tertarik dengan ilmu bisnis saja. Karenanya, tahun ini aku beralih ke program studi Bisnis di Monash College University. Caranya dengan mentransfer nilai yang kuperoleh selama kuliah di UI. Banyak yang bertanya, mengapa aku harus pindah ke Monash, padahal di UI pun ada jurusan yang kuinginkan. Jawabnya tentu masalah kualitas. Menurutku, materi dan sistem pengajaran yang diberikan di kampusku sekarang lebih bagus. Jadi, soal gosip yang mengatakan aku di drop out dari UI karena sering bolos kuliah, itu fitnah besar. Kalau tak percaya, coba saja cek langsung ke sana.